Demokrasi Sejak Dini: Menumbuhkan Akar Keadilan dan Martabat Bangsa

Table of Contents
Oleh: Andryan Rahmana Riswandi, S.Ag., C.PS., C.LTQ
Pemuda dan Pemerhati Isu Pendidikan dan Sosial

“Kita ini tidak sedang mengincar kekuasaan, tapi sedang menjemput amanah untuk menghadirkan keadilan.” – Anies Baswedan


Karimun, Zonanesia.web.id - Demokrasi bukan sekadar sistem politik yang kita pelajari di buku-buku. Ia adalah pola pikir, sikap hidup, dan budaya yang perlu ditanamkan sejak dini. Ia tumbuh melalui kebiasaan berbicara jujur, mendengarkan dengan empati, dan menghargai perbedaan sebagai anugerah, bukan ancaman.

Saya meyakini bahwa demokrasi yang kokoh tidak lahir dari ruang-ruang kekuasaan, melainkan dari ruang kelas, ruang keluarga, hingga ruang-ruang diskusi kecil. Menanamkan nilai demokrasi kepada anak-anak bukan sekadar mengajarkan mereka cara memilih ketua kelas atau mengatur forum debat. Kita sedang membentuk akar nilai: tanggung jawab, keadilan, dan penghormatan terhadap martabat manusia.

Saat menjadi Wakil Presiden Badan Eksekutif Siswa Terpadu SMA

Sebagai seseorang yang aktif dalam berbagai organisasi sejak remaja, saya menyaksikan betapa pentingnya demokrasi dalam membentuk karakter dan kepemimpinan. Saat SMP, saya mendapat kepercayaan menjadi Ketua OSIS. Di SMA, saya menjabat sebagai Wakil Presiden Badan Eksekutif Siswa Terpadu (BEST), dan dipercaya menjadi Ketua Umum Generasi Emas Indonesia, organisasi berskala nasional yang saya pimpin bahkan ketika sebagian besar anggotanya adalah mahasiswa.

Perjalanan berlanjut hingga dunia perkuliahan. Saya memimpin organisasi mahasiswa kedaerahan dan bersama rekan-rekan menghadirkan program-program kerja yang produktif dan berdampak. Dari semua pengalaman itu, saya belajar bahwa demokrasi bukan hanya tentang suara mayoritas, tetapi tentang kesediaan memperjuangkan nilai-nilai kebaikan dan keadilan secara kolektif.

Namun hari ini, kita menghadapi kenyataan pahit: kualitas demokrasi di negeri ini menunjukkan tanda-tanda kemunduran. Diskursus publik banyak diwarnai polarisasi, saling hujat, bahkan intoleransi terhadap perbedaan. Demokrasi telah dipersempit hanya pada urusan kontestasi dan kekuasaan, bukan proses pematangan peradaban.

Di sinilah peran generasi muda menjadi sangat penting. Bukan hanya sebagai pewaris demokrasi, tetapi sebagai penjaga ruhnya. Kita harus menjadi garda depan dalam merawat etika, nilai, dan semangat demokrasi agar tetap hidup dan relevan.

Ketika Pelantikan menjadi Ketua Umum Mahasiswa Karimun

Adik-adik di bangku sekolah, percayalah—ketika kalian belajar berdiskusi, menghargai teman yang berbeda pendapat, atau mengikuti organisasi di sekolah, itu adalah bentuk awal dari berdemokrasi. Jangan takut berbeda. Jangan takut bersuara. Karena demokrasi membutuhkan keberanian dari orang-orang baik.

Menanamkan demokrasi sejak dini berarti menanamkan keberanian dan kesantunan sekaligus. Generasi yang kita dambakan adalah generasi yang mampu berpikir kritis tanpa kehilangan etika, generasi yang berani berdiri tegak namun tetap merangkul yang berbeda. Kita tidak bisa berharap Indonesia menjadi bangsa besar jika anak-anak kita takut berbeda, atau dibungkam saat bersuara.

Karena itu, mari mulai dari rumah. Dari sekolah. Dari lingkungan terkecil. Ajak anak-anak berdiskusi, libatkan mereka dalam pengambilan keputusan sederhana, beri ruang untuk menyampaikan pendapatnya. Di sanalah demokrasi bertunas.

Demokrasi bukan benda mati yang bisa diwariskan begitu saja. Ia hidup jika terus dirawat, atau akan mati jika kita abai. Jika kita ingin Indonesia yang lebih adil, lebih beradab, dan lebih bermartabat, maka kita harus menanamkan demokrasi sejak dini—bukan sebagai teori, tetapi sebagai kebiasaan hidup yang nyata.

Mari kita rawat bersama akar demokrasi bangsa ini, agar tumbuh menjadi pohon keadilan yang menaungi seluruh anak negeri.
---

Catatan redaksi Zonanesia.web.id
Tulisan ini merupakan refleksi mendalam dari seorang tokoh muda yang konsisten menyuarakan pendidikan dan demokrasi. Zonanedia.web.id akan terus menghadirkan opini-opini dari berbagai tokoh yang membangun narasi perubahan dan kebangsaan secara inklusif.

Posting Komentar