Hidup Terisolir Namun Bahagia: Potret Pilu Warga Kampung Cikay dan Sebayur di Lingga

Table of Contents
Lingga, Zonanesia.web.id – Agustus 2025
Meski hidup dalam keterbatasan, warga Kampung Cikay dan Sebayur di wilayah Desa Marok Tua, Kecamatan Singkep Barat, tetap menjalani hari-hari mereka dengan wajah cerah dan penuh syukur. Mereka hidup tanpa listrik, akses pendidikan yang minim, serta sarana nelayan yang belum memadai. Namun di balik itu semua, kebahagiaan sederhana tetap terpancar dari kehidupan mereka.

Warga Kampung Cikay mengungkapkan bahwa hingga saat ini mereka belum mendapatkan bantuan rumah layak huni dari pemerintah Kabupaten Lingga. Padahal, kondisi rumah yang mereka tempati sudah sangat memprihatinkan—tua, rapuh, dan jauh dari standar kelayakan.

“Rumah kami hanya pernah dibantu pada masa Kepala Desa Vino. Tapi setelah itu, tak ada lagi bantuan masuk ke Cikay. Yang ada justru dialihkan ke Sebayur,” ungkap salah satu warga dengan nada kecewa.


Permasalahan ini menyeret sejumlah pihak:

Warga Cikay dan Sebayur, sebagai penerima dampak.

Kepala Desa Marok Tua, yang disebut warga tidak berpihak.

Guru SD dan Kepala Sekolah SD 005 Singkep Barat, yang mengelola proses belajar-mengajar dan kelulusan.

Dinas Pendidikan Kabupaten Lingga, yang kini diminta turun tangan.

Situasi ini terjadi hingga Agustus 2025, di Kampung Cikay dan Sebayur, dua kampung terpencil yang berada dalam wilayah administratif Desa Marok Tua, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.

Kampung Cikay dan Sebayur berada dalam kondisi geografis yang sulit dijangkau. Tidak ada akses jalan darat yang memadai, sehingga guru-guru SD dari Marok Tua jarang datang ke Sebayur untuk mengajar. Akibatnya, proses belajar anak-anak di sana sangat terbatas.

Lebih memprihatinkan lagi, anak-anak yang tidak bisa membaca dan menulis tetap dinyatakan lulus oleh pihak sekolah. Orang tua pun mempertanyakan kelulusan tersebut.

Anak saya belum bisa membaca atau berhitung, tapi kok bisa lulus? Kami ingin mereka diajari ulang agar masa depannya tidak suram,” keluh salah seorang wali murid kepada media ini, Senin (5/8).


Dalam kunjungan media ini selama dua hari di kampung tersebut, ditemukan bahwa:

Ruang belajar anak-anak hanya memanfaatkan balai desa Sebayur.

Guru dari Marok Tua jarang hadir karena akses sulit.

Tiga anak lulusan SD tahun ajaran 2024/2025 tidak mampu membaca atau menulis dasar.

Bantuan rumah dan sarana nelayan tidak pernah masuk ke Cikay, meskipun warga kerap diminta berfoto untuk pendataan RTLH (Rumah Tidak Layak Huni).

Tidak ada kejelasan atau komunikasi yang memadai dari pemerintah desa maupun dinas terkait.

Warga berharap adanya:

Evaluasi ulang terhadap pemberian ijazah anak-anak yang belum siap secara akademik.

Program belajar ulang untuk anak-anak agar bisa membaca dan berhitung dengan layak.

Pemerataan bantuan perumahan dan nelayan secara adil, termasuk untuk Cikay.

Tindakan nyata dari pemerintah Kabupaten Lingga melalui dinas terkait.


📌 Penutup

Terisolir bukan berarti dilupakan. Kampung Cikay dan Sebayur adalah bagian sah dari wilayah Kabupaten Lingga yang berhak mendapatkan akses pendidikan, infrastruktur, dan kehidupan layak sebagaimana kampung-kampung lainnya. Sudah saatnya semua pihak — terutama pemerintah daerah — membuka mata, telinga, dan hati terhadap jeritan masyarakat di pelosok negeri.

🖊️ Editorial Redaksi: Jangan Biarkan Anak-Anak Belajar dalam Gelap

Kisah dari Cikay dan Sebayur bukan sekadar cerita tentang rumah tua yang nyaris roboh atau ruang belajar darurat di balai desa. Ini adalah cermin dari wajah lain pembangunan — wajah yang belum sempat tersentuh tangan keadilan dan empati dari mereka yang duduk di kursi kekuasaan.

Anak-anak yang dinyatakan lulus SD tanpa bisa membaca dan menulis adalah alarm keras. Pendidikan tidak boleh dipermainkan hanya demi kelengkapan administrasi. Ijazah bukan sekadar selembar kertas, tapi simbol harapan masa depan yang harus dipertanggungjawabkan oleh guru, kepala sekolah, dan dinas terkait.

Kami percaya bahwa kesetaraan akses pendidikan dan bantuan sosial bukan sekadar slogan, tapi amanat konstitusi. Maka, jika daerah-daerah seperti Cikay dan Sebayur dibiarkan terus hidup dalam keterasingan, itu bukan lagi soal kurangnya anggaran, tapi soal keengganan melihat ke bawah.

Zonanesia.web.id berdiri bersama mereka yang dipinggirkan. Kami bukan hanya menyuarakan cerita, tapi juga menjadi jembatan agar suara itu sampai ke meja pengambil keputusan. Kami menyerukan kepada Pemerintah Kabupaten Lingga — khususnya Dinas Pendidikan dan instansi sosial terkait — agar turun langsung, melihat sendiri, dan menindaklanjuti dengan langkah nyata, bukan hanya data dan laporan kosong.

Karena bahagia dalam keterasingan bukanlah pilihan, melainkan cara bertahan dari sistem yang terlalu sering lupa bahwa pembangunan bukan hanya soal kota, tapi juga dusun kecil yang jauh dari sorotan kamera.

---


Sumber: Tim investigasi 
Editor: Redaksi ZN



Posting Komentar